Percetakan Bekasi - PT. IMPRESI MEDIA GROUP

Percetakan Online Call & Whatsaap 083114546879

Senin, 05 Juni 2017

Sejarah Percetakan Indonesia

Napak Tilas Tentang Percetakan di Indonesia


Mesin Percetakan Jaman Dulu

Perkembangan percetakan bahkan kian meluas di semua dunia, begitupula dengan negara Indonesia tidak luput dari kemajuan percetakan. Ini yakni napak tilas percetakan di Indonesia. Diawali pada akhir dekade 70an, di Indonesia terdapat sekitar 1.700 perusahaan percetakan. Tapi, ada sebagian perusahaan percetakan kecil yang belum tercatat Eduard memerkirakan pada ketika itu ada sekitar 15.000 percetakan di Indonesia. Tak terang, dunia percetakan yakni bisnis yang berkembang sungguh-sungguh cepat. Selepas tahun 1949, 

Para penerbit pribumi mengeluhkan bahwa di Jakarta cuma terdapat dua percetakan yang dimiliki orang Indonesia autentik, selebihnya milik warga Belanda. Tahun 1950, terjadi perubahan drastis. Jumlah percetakan milik pribumi di ibukota meningkat menjadi 23, beda 1 angka di belakang Belanda (yang mempunyai 24 percetakan), 

Sementara warga Tionghoa mempunyai nyaris 4 kali lipat (86 percetakan). Sehabis itu, jumlah percetakan di Indonesia terus meningkat sampai sekarang. Hadirnya percetakan di Indonesia berawal dari kedatangan Belanda (tiba tahun 1596) dan erat hubungannya dengan VOC. Tahun 1624, misionaris Gereja Protestan Belanda memerkenalkan percetakan di Hindia Belanda dengan membeli sebuah mesin cetak dari Belanda untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa tempat, sehubungan dengan kebutuhan penginjilan. Melainkan mesin cetak itu menganggur, sebab tidak ada kekuatan operator untuk melaksanakannya. Baru pada tahun 1659 (35 tahun kemudian), Kornelis Pijl mencetuskan percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yaitu sejenis almanak, atau “buku waktu”. 

Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali dengan sejarah perjalanan surat berita. Berikut sebagian catatan waktu perjalanan percetakan di Indonesia. • 1667:Pemerintah sentra berinisiatif mendirikan percetakan dan mengorder alat cetak yang lebih bagus, termasuk matriks yang menyediakan bermacam macam huruf. • 1668:Hendrik Brant mencetak dokumen sebagai produk pertama percetakan pemerintah, ialah Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makasar yang ditandatangani 15 Maret 1668. Hendrik Brant pada Agustus 1668 memperoleh kontrak mencetak dan menjilid buku atas nama VOC dengan bayaran 86 dolar yang dibayar dengan metode mengangsur. Kontrak usai 16 Februari 1671. • 1671:VOC menandatangani kontrak baru dengan Pieter Overtwaver dan tiga pegawai Kompeni lainnya (Hendrick Voskens – punch cutter, Piet Walbergen – type-founder, dan Aernout Kemp – pakar cetak) untuk percetakan yang bernama Boeckdrucker der Edele Compagnie (pencetak buku Kompeni). Kontrak usai 1695. • 1677:Dokumen dengan kosa kata Belanda-Melayu pertama kali dicetak. • 1693: Dokumen New Testament dicetak dalam bahasa Portugis. • 1699:Pendeta Andreas Lambertus Loderus mengambiil alih Boeckdrucker der Edele Compagnie untuk didayagunakan secara optimal. 

Banyak karya penting dalam bahasa Belanda, Melayu dan Latin lahir dari percetakannya, termasuk sebuah kamus Latin-Belanda-Melayu yang dibentuk oleh Loderus sendiri. • 1718:Pemerintah sentra mendirikan percetakan sendiri di Kasteel Batavia (kasteel = benteng, Batavia ketika itu yakni kota yang dikelilingi benteng) untuk kepentingan mencetak dokumen-dokumen legal. • 1743:Seminarium Theologicum di Batavia memeroleh satu unit alat percetakan. Pernah menerbitkan Perjanjian Baru (komponen dari kitab suci agama Kristen, red) dan sebagian buku doa dalam alih bahasa Melayu. Tahun 1755 percetakan hal yang demikian dipaksa bergabung dengan Percetakan Benteng. • 1744: Surat berita tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya pada 8 Agustus 1744. Cuma terdiri dari selembar kertas berukuran folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. 

Pembaca dapat mendapatkannya tiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan milik Kompeni di Benteng. Sebuah sumber menceritakan, koran pada ketika itu ditulis tangan. • 1745:Surat berita Batavia Nouvelles dihentikan penerbitannya (20 Juni 1746) atas permintaan Dewan Direktur VOC terhadap Gubernur Jenderal, sebab surat berita yang berorientasi iklan dan berisi kabar seputar situasi perdagangan di Hindia Belanda dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh pesaing Eropa. • 1761:Mulai dilegalkan tata tertib percetakan pertama yaitu “Reglement voor de Drukkerijen te Batavia” (Juni 1761) di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal A. van der Parra. • 1776: 

Surat berita Vendu Niews (VN) diterbitkan oleh L. Dominicus. Ini yakni surat berita pertama yang bersentuhan dengan orang Indonesia, tiga dasawarsa sesudah Bataviase Nouvelles mati. VN ialah media iklan mingguan, secara khusus mengenai informasi lelang, juga maklumat penjualan sejumlah perkebunan besar dan sebagian iklan perdagangan. Diketahui oleh masyarakat sebagai “soerat lelang”. • 1785:Percetakan Kota dilarang keras mencetak apa saja tanpa izin sensor. Penyensoran mulai dijalankan di Hindia Belanda pada 1668. • 1809: Surat berita Vendu Niews menghentikan penerbitan pada masa pemerintahan Jenderal Herman Willem Daendels (1808 – 1811).Di tahun yang sama, Daendels membeli Percetakan Kota dan menggabungkannya dengan Percetakan Benteng menjadi Landsdrukkerij, yang kini bernama Percetakan Negara. Sebelum namanya menjadi Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) pada tahun 1950, Perum PNRI sudah mengalami sebagian kali perubahan nama. 1942, namanya Gunseikanbu Inatsu Koja (GIK), 1945 berubah lagi menjadi Percetakan Republik Indonesia (PRI), lalu via Aturan Pemerintah no. 46 Tahun 1991, PNRI menjadi Perusahaan Lazim (Perum). 

Percetakan Negara masih eksis sampai sekarang. • 1810:15 Januari 1810 terbit edisi pertama mingguan legal pemerintah, Bataviasche Koloniale Courant yang diasuh oleh Profesor (Kehormatan) Ross, pendeta kelompok sosial Belanda di Batavia semenjak 1788. Isinya memuat juga iklan, mulai dari tali sepatu sampai budak belian. Penerbitan stop 2 Agustus 1811, persis seminggu sebelum Batavia jatuh ke tangan Inggris. • 1812:29 Februari 1812, pemerintahan yang baru (Inggris) menerbitkan Java Government Gazette, mingguan yang beberapa besar berbahasa Inggris, dicetak oleh A.H. Hubbard. • 1816: Java Government Gazette stop beriringan dengan kembalinya Belanda. 20 Agustus 1816 pemerintah Belanda menggantikannya dengan Bataviasche Courant yang berganti nama menjadi Javasche Courant 12 tahun kemudian. • 1831:Timbul surat berita partikelir pertama. Ini telat, mengingat kendalanya yakni kesusahan menerima alat untuk membikin huruf timah. Melainkan yang lebih penting dari itu yakni ketiadaan kekuatan (kompositor) jago. Sebab itu percetakan misionaris menjadi satu-satunya percetakan non pemerintah yang bergiat dalam cetak-mencetak selama abad ke-18. • 1855:Surat berita pertama berbahasa Jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani. Diterbitkan oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co. • 1910: Di Jakarta terbit surat berita nasional yang pertama, Medan Prijaji. • 1921-1922:Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang, dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari. • 1939-1940:Pabrik kertas kedua dibangun di Jawa Timur, dekat tempat Letjes, Probolinggo, oleh pemilik pabrik yang sama dengan yang di Padalarang. • 1949: 

Di Jakarta cuma terdapat 2 mesin printing yang dimiliki oleh warga pribumi. Percetakan milik warga asing cuma berproduksi untuk kepentingannya saja. • 1950:Jumlah perusahaan percetakan nasional (milik pribumi) di Jakarta meningkat menjadi 23 buah. 24 lainnya dimiliki warga asing (Belanda), sementara 86 lagi dimiliki warga Tionghoa. • 1951:Dari data legal, terdapat 150 perusahaan percetakan di Jawa Timur (75 di Surabaya, 18di Malang, dan sisanya tersebar di tempat dan sekitarnya). • 1953-1954:Percetakan Negara menjalankan proyek modernisasi percetakan yang ambisius dengan membeli sebuah mesin situs-offset 4 warna. • 1969:Pemerintah Belanda berprofesi sama dengan Departemen Pengajaran & Kebudayaan Indonesia mendirikan lembaga pengajaran dan pelatihan SDM di bidang grafis, 


Sentra Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta

Sentra Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta. Antara tahun 1969-1978, sekitar 2.000 orang meniru kursus composing, printing, binding, machine maintenance, lay-out, management, dsb. • 1970-an:Industri percetakan di semua dunia berganti ke teknologi offset. Dua perusahaan percetakan Cina terbesar, Sin Po dan Keng Po membeli mesin cetak rotasi untuk koran yang konsisten dipakai sampai 1970-an. Surat berita Cahaya Kemauan (semenjak 1961) dan Penunjuk (semenjak 1965) pernah memakai fasilitas mesin printer ini sampai mereka mempunyai mesin cetak sendiri di tahun 1970-an. • 1976:Sebanyak 385 mesin cetak offset diimpor ke Indonesia. • 1992:Teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia. Mulanya cuma percetakan-percetakan besar saja yang memilikinya. 1995, percetakan-percetakan menengah dan kecil mulai mengadopsi. Sampai tahun 1997, pengaplikasian CTF dapat dibilang telah merata. • 2000:Masuknya teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser CTF dan turut berdampakpada menurunnya bisnis repro. Hingga kini kurang lebih terdapat 70 mesin CTP di Indonesia. Dahulu merek-merek yang tenar untuk mesin ini yakni Heidelberg dan AGFA. Kini telah mulai banyak pemain baru, seperti Screen, Scitex dan Basys Print. Perkembangan terakhir di Indonesia: 

Ketika ini percetakan besar di Indonesia telah mulai mengadopsi teknologi computer to press berupa direct imaging (menerapkan master) dan computer to print (tanpa master) yang banyak memakai teknologi mesin komputerisasi printing. Salah satu mesin cetak yang tenar di kelas ini yakni HP Indigo. Malahan percetakan-percetakan sekarang telah melengkapi peralatannya tak cuma untuk urusan pre-press, namun juga post press (progres finishing seperti cutting, binding, folding, stiching, embossing, dan lain-lain), sehingga percetakan menjadi bisnis one-berhenti service yang makin berkembang. Bisnis Percetakan di Indonesia dan Perkembangannya Bisnis percetakan meliputi zona bisnis yang cukup luas aspeknya, seperti: graphic design, sablon komputerisasi, screen printing alias sablon manual, komputerisasi printing, media cetak, printing chemical, garment (Textile), dan lain-lain. Oleh sebab itu, bisnis percetakan tak akan pernah mati, cuma sekali-sekali “jalan ditempat” pada kondisi tertentu saja. Terbuka lebar kans usaha percetakan dan dengan seluruh metode bisnis percetakan yang menyertainya. Ketika ini, bisnis percetakan makin gampang, bagus itu dari segi teknologi cetak dan dalam pengoperasionalisasinya, 

Warung Kertas yang banyak tersedia, sumber tenaga manusia, printing research and development (R&D), diversifikasi usaha percetakan, hingga banyak ketersediaan kabar yang bertebaran di dunia dunia online. Pada ketika ramai-ramainya penyelenggaraan Pemilu Legislatif (Pileg) maupun Pemilu Presiden (Pilpres), barang cetakan yang menjadi primadona yakni hasil produk dari Komputerisasi Printing, umpamanya: Banner, X-Banner, Roll Banner, dsb. Dari kalangan industri sablon bahkan tak keok kebanjiran order cetak untuk membikin sablon t-shirt pilkada, umbul-umbul, spanduk atau bendera parpol. Bicara sablon t-shirt, tentunya industri garment turut ramai kebanjiran order. Berapa banyak t-shirt pilkada yang sukses digarap dengan sablon manual atau juga memakai mesin sablon rotary screen printing? Berapa besar omzet yang berputar di sektor industri tekstil ini? Berapa banyak kekuatan kerja yang sukses diresapi oleh bisnis percetakan sablon manual, sablon komputerisasi dan industri lain yang menyokongnya? 

Bisnis Percetakan Indonesia di masa sekarang dan isu terkini perkembangannya di waktu akan datang dapat dipastikan akan kian maju dan ramai. Alasannya mengapa? Tak pasti, selama kesibukan usaha bisnis yang dikerjakan oleh manusia masih ada, kans untuk mencari dan mendapatkan order cetak pasti ada. Isu ada kesibukan bisnis dan usaha promosi yang terjadi yang berjalan tanpa memakai jasa maupun produk percetakan. 

Kemajuan Bisnis Percetakan di Indonesia di era globalisasi ini tentu perkembangannya akan kian cepat. Tak bisnis dan teknologi cetak akan mengalir deras tanpa bisa dihambat. Isu ada batas geografis, tiada lagi batas ruang dan waktu yang bisa menghentikan alih teknologi cetak ketika ini. Mesin Percetakan apa bahkan yang diaplikasikan di negara maju seperti Jerman, Jepang atau Amerika, sama juga dipakai oleh para pelaku bisnis percetakan di Indonesia. Teknologi cetak dengan gampang dapat ditransfer, mesin percetakan juga dengan gampang dibeli dan dipelajari disini. Penguasaan produsen mesin cetak offset terkemuka kelas dunia pun, seperti Heidelberg sudah membuka perwakilannya di Indonesia, untuk lebih memuluskan bisnis penjualan produk mesin cetak offset-nya disini.

Manajemen Usaha Percetakan Manajemen produksi ialah salah satu komponen dari bidang manajemen yang memiliki peran dalam mengoordinasikan bermacam kesibukan untuk menempuh tujuan. Untuk membatasi kesibukan ini, perlu dihasilkan keputusan-keputusan yang berhubungna dengan usaha-usaha untuk menempuh tujuan supaya barang dan jasa yang diwujudkan pantas dengan apa yang direncanakan. Dengan demikian, manajemen produksi menyangkut pengambilan keputusan yang terkait dengan progres produksi untuk menempuh tujuan organisasi atau perusahaan Aspek-aspek manajemen produksi mencakup: – Perencanaan produksi, bertujuan supaya dikerjakan persiapan yang sistematis bagi produksi yang akan dilakukan. – Analitik produksi, bertujuan supaya menempuh hasil yang optimal demi tarif seoptimal mungkin. – Pengawasan produksi, bertujuan supaya pengerjaan kesibukan bisa berjalan pantas dengan agenda. Tahap permulaan progres penetapan taktik yakni menaksir daya, kelemahan, kans, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Dapat SWOT memungkinkan organisasi memformulasikan dan mengimplementasikan taktik utama sebagai tahap lanjut pengerjaan dan tujuan organiasasi, dalam analisis SWOT kabar dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis bisa menyebabkan dikerjakan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau taktik yang sedang berjalan. 

Dalam pembentukan suatu agenda yang bagus, perlu dikenal tenaga dan dana yang dimiliki pada ketika akan mengawali usaha, mengenal seluruh elemen daya yang dimiliki, ataupun seluruh kelemahan yang ada. Data yang terkumpul mengenai unsur-unsur internal hal yang demikian ialah potensi di dalam mengerjakan usaha yang direncanakan.Di lain pihak perlu dipandang unsur-unsur eksternal yang akan dihadapi ialah kans-kans atau kans yang ada atau yang dipandang akan muncul dan ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan timbul dan memberi pengaruh usaha yang dilkaukan. Menurut disimpulkan bahwa analisa SWOT yakni perkembangan kekerabatan atau interaksi antar elemen-elemen internal, ialah daya dan kelemahan kepada elemen-elemen eksternal ialah kans dan ancaman. 

Perusahaan Percetakan Terbaik di Indonesia. Digital Polling Top Sebagaimana dibeberkan dalam pengantar Polling Top Print 2012 yang dimuat Indonesia Print Media Edisi Januari-Februari 2012, peserta Polling ini yakni siapa saja dari bermacam kalangan masyarakat Indonesia yang pernah memakai hasil /produk cetak, dalam format media, buku, brosur, banner dan lain-lain dari bermacam perusahaan percetakan . Tujuannya yakni untuk menunjang peningkatan kwalitas dan pelayanan dari industrI percetakan (situs, offset, komputerisasi printing) di bermacam propinsi di tanah air. Hasil akhir Polling Top Print 2012 untuk perusahaan percetakan terbaik di Indonesia antara lain disampaikan dalam profil singkat dan daftar nama perusahaan komplit beserta domisilinya sebagaimana tertera di bawah ini :


 1. Sumber Sarana Prima 

Berbekal potensi diri dan atensi yang besar kepada bidang percetakan, pada tahun 1987 Benny Surya Alam mengawali usaha sendiri dengan membuka usaha cetak sablon yang dikasih nama PD. Special Screen Printing dan pada tahun 1995 Benny kembali mendirikan perusahaan baru yang dikasih nama CV. Sumber Sarana Prima. Sumber Sarana Prima (SSP) mempunyai visi berambisi menjadi yang paling depan. Tahun 2005 SSP menerima lisensi menjadi Percetakan Sekuriti (security printing), hal yang tak gampang didapat oleh sebuah perusahaan percetakan. Dengan izin security printing ini SSP diberi wewenang untuk mencetak dokumen sekuriti dan dokumen yang perlu diamankan lainnya seperti ijazah, raport, soal ujian, surat bunyi dsb. Dalam waktu yang relatif singkat, di usianya yang baru 2 tahun sebagai percetakan sekuriti, tahun 2007 perusahaan ini sukses meraih peringkat 13 nasional dari 28 percetakan sekuriti terbaik di Indonesia. Prestasi inilah yang membikin BOTASUPAL menghasilkan SSP sebagai contoh atau model percetakan sekuriti di tingkat nasional. 

2. Primagraphia 

PT. PrimaGraphia Komputerisasi yakni perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa cetak offset dan komputerisasi printing dengan ditunjang oleh mesin-mesin tercanggih dan terupdate di dunia. Dengan dukungan staff yang berpengalaman serta mesin-mesin tercanggih dan terupdate, perusahaan ini senantiasa berupaya untuk terus meningkatkan kwalitas produk dan layanannya dengan kecepat an dalam progres dan harga yang relatif murah. Format itu dikerjakan untuk memantapkan posisi perusahaan dalam industri komputerisasi printing. Layanan PimaGraphia di antaranya cetak : Large Digital, Komputerisasi Print, Computer to Film/Output Film, Computer to Plate, Design, dan Finishing. 

3. Peruri Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia) 

yakni perusahaan sekuriti ternama dan ialah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mempunyai sifat sekuriti sungguh-sungguh spesifik dalam pengerjaan tugasnya sehingga mengandung konsekuensi yang ketat bagus dalam situasi sulit penangan teknologi ataupun sumber tenaga manusia. Melakukan keras bermacam faktor menghasilkan Perum Peruri masuk ke dalam jajaran 10 BUMN terbaik di Indonesia sebagian tahun lalu. Tak perusahaan ini sudah mempunyai areal pabrik di wilayah industri di kawasan Karawang. Di samping itu, dalam agenda pengembangan rentang panjang, perusahaan ini juga akan mendirikan pabrik tinta sekuritas, pabrik kemasan uang, dan gedung sentra riset. 

4. Indonesia Printer 

PT Indonesia Printer didirikan pada tahun 1983. Pada perjalanan berikutnya, perusahaan ini bahkan mendapatkan order pencetakan majalah yang hingga ketika ini kuantitasnya sudah menempuh 40% dari sempurna produk yang diwujudkan. penambahan aset, perkembangan perusahaan ini juga terefleksi dari ketidakhadiran si kecil perusahaan seperti 

PT. WBI (Wonder Bind International) dan PT. Karina Envelope. Untuk mempertahankan kepercayaan pelanggan, perusahaan ini secara terpola menjalankan pelatihan untuk meningkatkan kwalitas SDM dan menjalankan penambahan dan perawatan rutin kepada semua kelengkapan cetak. Isu cuma itu, Indonesia Printer juga termasuk perusahaan yang senantiasa memakai mesin terbaik untuk progres produksinya. ini nampak dari diaplikasikannya sebagian macam mesin seperti GOSS M600 dan Manroland in line foil, yang pertama kali dipakai di Indonesia pun Asia Tenggara. Untuk menjamin kepercayaan pelanggan di dunia internasional, IP sudah menerima standarisasi kwalitas internasional via akta ISO 9001:2000 padatahun20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox